Kamis, 29 Maret 2018

"Ukiran Jejak Indah PERMATA Di UPI Bandung"


"Ukiran Jejak Indah PERMATA Di UPI Bandung"
Oleh. Sulistiana

Suatu hal terbaru adalah tantangan menarik yang menjadi solving dari rasa bosan dalam diri saya. Nama saya Sulistiana. Saya berasal dari Desa Proto Barat, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan. Saya kuliah di Universitas Negeri Semarang, Jurusan Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Disini saya akan menorehkan kisah perjalanan saya selama mengikuti program PERMATA (Pertukaran Mahasiswa Tanah Air Nusantara) Tahun 2017.
Berangkat dari melihat informasi di groub rombel tentang “Kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung”, muncul rasa greget keinginan untuk mencoba hal baru, suatu hal yang mungkin tidak akan saya dapatkan jika saya berdiam diri. Seketika saya langsung menghubungi pihak terkait pendaftaran program tersebut dan alhasil saya langsung dipanggil Ibu Ketua Jurusan Ilmu Komputer FMIPA UNNES yaitu Ibu Endang Sugiharti, S.Kom,. M,Kom. untuk melengkapi berkas persyaratan selama sehari dan lusa harus siap berangkat. Bergegas dengan sigap ke rumah sakit untuk cek kesehatan, mengurus surat-surat terkait ke dekanat dan rektorat, dan pamitan pada abah ibu di pondok, SD tempat saya mengabdi, anak didik les privat, TPQ tempat saya mengajar, alhamdulillah selesai sudah tepat waktu.
Rabu, 25 Oktober 2017 saya berangkat dari Stasiun Besar Tawang Semarang menuju Stasiun Bandung. Sesampai di Bandung, saya di sambut oleh mahasiswi UPI yang ramah dan menawarkan tempat tinggal untuk saya selama di Bandung. Bergaya bahasa sunda halus adalah ciri khas masyarakat di sekitar UPI, dan saya belum bisa memahami sepenuhnya kala itu. Waktu yang tidak sabar saya tunggu-tunggu adalah melihat kampus UPI dan bertemu dengan mahasiswa juga dosen UPI. Menjadi bayang penghantar tidur di malam itu.
UPI adalah sebutan perguruan tinggi negeri yang memiliki sistem multikampus, yaitu dengan 6 (enam) kampus yang tersebar di Jawa Barat dan Banten. Kampus yang saya tempati selama program PERMATA adalah kampus utama yang berkedudukan di Kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Jum’at, 27 Oktober 2017 tepat saya menginjakan kaki di Kampus yang saya bayang-bayangkan tersebut. Gedung yang mewah dan menawan menyambut saya ketika itu, JICA (Japan International Cooperation Agency). Di gedung tersebut saya di sambut ramah oleh Ibu Dekan FPMIPA UPI yaitu Ibu Dr. Siti Fatimah,M.Si. dan Bapak Ketua Prodi Ilmu Komputer (Kaprodi Ilkom). Kemudian bersama Bapak Kaprodi Ilkom, beliau Bapak Eddy Prasetyo Nugroho, M.T. saya diajak keliling gedung yang nantinya akan saya tempati untuk kuliah. Gedung FPMIPA C adalah gedung Ilmu Komputer, salah satu gedung kuliah saya selama di UPI.
Bagi saya yang menjadi daya tarik ILKOM UPI adalah 2 (dua) kelas yang berkualitas berfokus pada prodi masing-masing, yaitu Ilmu Komputer Murni dan Pendidikan Ilmu Komputer. Meskipun berbeda prodi, namun kedua prodi tersebut tetap terlihat keakraban dalam kekeluargaan Ilmu Komputer. Kualitas dari penilaian saya adalah ketika satu prodi menampung satu kelas, dan kelas tersebut berisikan orang-orang hebat, saya berfikir bahwa orang yang dengan kesungguhanlah yang dapat memasuki kelas tersebut. Kemudian, dari cara dosen menyampaikan materi juga memberikan tugas, antusias mahasiswa/i sangat tinggi untuk belajar. Terlebih yang sangat saya kagumi adalah antusias mahasiswa/i untuk mengikuti perlombaan-perlombaan IT diluar Universitas, baik tingkat daerah, wilayah, nasional, maupun internasional.



Selama saya di ILKOM UPI, semangat membara selalu muncul, terlebih ketika saya melihat mahasiswa/i yang tengah sibuk berinovatif, berkreasi untuk mempersiapkan lomba. Sebagai contoh saya mengenal salah satu mahasiswa, dia adalah seorang aktivis di BEM ILKOM, dia pernah bercerita dan berkata kepada saya “wakil saya sudah memenangkan juara 1 di Gemastik 2017, masak saya kalah?” dan akhirnya dia berjuang keras dan berhasil menyusul wakilnya tersebut untuk menjuarai suatu perlombaan yang berbeda. Suatu greget tersendiri bagi saya yang mendengar cerita tersebut dan terngiang hingga sekarang.
UPI sebagai perguruan tinggi negeri juga tidak jauh dari budaya orang islam, khususnya di ILKOM FPMIPA. Bahkan saya hampir tidak melihat orang non muslim di jurusan tersebut. Suatu keunikan sendiri ketika saya melihat dosen memakai pecis saat mengajar dan saya melihat aktifitas terhenti ketika waktu siang hari jum’at karena mereka berbondong-bondong untuk menunaikan sholat jum’at, bahkan membawa sarung yang disampirkan dipundaknya. Subhanallah.. kampus negeri tapi kental dengan budaya islami.
Saya juga merasakan kekeluargaan lebih di dalam organisasi KEMAKOM (Keluarga Mahasiswa Ilmu Komputer). Teman-teman yang asik, ramah, dan baik hati dalam berbagi ilmu juga saling menolong dalam keseharian membuat saya seakan-akan ingin tetap berada di sana. Kedekatan di dalam kampus maupun di luar kampus sungguh mewarnai hari-hari saya, meskipun dari program PERMATA saya seorang diri yang berada di UPI, tapi saya tidak merasa kesepian. Bersama mereka pun saya belajar banyak hal, dari budaya atau tradhisi khas, sosial maupun pendidikan.


Tidak terasa 3 (tiga) bulan berjalan begitu cepat ketika saya harus kembali ke Semarang. Sebelum pulang, dengan baik hati teman-teman mengajak saya keliling Bandung. Saya berkunjung ke Bandung Planning Gallery yang berisikan tentang gambaran kota Bandung yang sekarang ini maupun rencana di masa depan, ke Octagon Studio suatu perusahaan Augment Reality, ke China Town salah satu wisata yang berisikan orang cina, ke Lembang yaitu tempat wisata terkenal di Bandung seperti: Rainbow Garden Floating Market, Dusun bambu, Curug Layung, dan Curug Cimahi, dan tidak lupa saya juga di ajak keliling daerah yang menjadi ikon bandung seperti Bandung Lautan Api, Gedung Sate, Jalan Braga, Institut Teknologi bandung, Jalan Dago, dan Gedung Merdeka sebagai tempat Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika Tahun 1955. Sungguh pengalaman luar biasa bukan, tidak akan saya dapatkan jika saya tetap berada di Semarang.
Selasa, 9 Januari 2018 saya diantar Bapak Kaprodi Ilkom dan 2 (dua) mahasiswa menuju ke Bandara. Suatu pengalaman yang tidak akan terlupakan saat itu adalah pertama kalinya saya naik pesawat. Naik pesawat berbeda dengan naik kereta yang hanya sekali cek tiket, namun ketika akan naik pesawat penumpang tidak hanya cek tiket tetapi juga cek barang bawaan atau kerap disebut dengan istilah “scan” dan hal tersebut tidak dilakukan sekali melainkan 2 (dua) kali pengecekan. Seperti orang hilang yang tidak tahu arah, saat itu saya di bantu oleh mereka. Kejadian tidak terlupakan juga ketika saya sudah cek dibagian pertama, dan akan verifikasi untuk naik, saya ketinggalan pesawat dikarenakan jam keberangkatan pesawat yang saya pesan maju 1 (satu) jam. Mengenai hal tersebut karena saya di pesankan pihak Universitas, dan saya tidak mendapat kabar atas kemajuan pemberangkatan, akhirnya saya di bantu oleh Pak Eddy untuk mengurus perpindahan pesawat. Tidak terbayang jika saat itu saya sendirian tanpa mereka yang sangat berjasa bagi saya. Kebaikan orang-orang UPI lah yang membuat saya terus teringat akan indahnya jejak yang terukir bersama mereka.

Kamis, 25 Januari 2018

Kunjungan Industri Octagon Studio

08 Januari 2018
Kunjungan Industri Octagon Studio
Oleh. Sulistiana

Ilmu Komputer murni adalah jurusan saya, yang mana didalamnya berfokus pada pengembangan science dalam dunia teknologi. Kunjungan Industri Octagon Studio adalah salah satu kegiatan yang diadakan oleh BEM KERMAKOM UPI yang sangat saya minati dan saya tunggu-tunggu, meskipun merelakan untuk menunda kepulangan. Senin, 8 Januari 2018 tepatnya saya mengikuti kegiatan tersebut.
Octagon studio adalah suatu perusahaan di Bandung yang berfokus pada Augment Reality. Dalam kunjungan tersebut, saya melihat dengan jelas proses dari kerumitan pembuatan gambar kartu, kaos, aplikasi dari Augment Reality. Dalam perusahaan tersebut, sangat rapi dalam pembagian tugasnya, diantaranya ada programmer, desaigner, animator, dan tidak ketinggalan juga tim marketing yang bertugas untuk menyebar luaskan produk hasil perusahaan tersebut. Disana juga saya bertemu langsug dengan direktur utama yang berasal dari luar negeri. Senang rasanya melihat perusahaan yang sukses tersebut, menjadi motivasi bagi saya individu untuk terus giat dalam belajar, karena saya akui masih banyak yang belum saya kuasai di dunia Ilmu Komputer. Semangat untuk produktif !!



Kunjungan Bandung Planning Gallery

30 Desember 2017
Kunjungan Bandung Planning Gallery
Oleh. Sulistiana

Ketika saya telah penat dengan urusan kuliah, akhirnya dalam organisasi bersama teman-teman didalamnya saya diajak mengikuti kunjungan ke Bandung Planning Gallery. Senang rasanya jalan bersama teman-teman kakak tingkat dalam organisai KEMAKOM. Sabtu, 30 Desember 2017 tepatnya saya berkunjung ke tempat tersebut. Hal yang saya dapatkan banyak sekali, diantaranya gambaran kota Bandung yang saat ini dalam lingkup transportasi, penduduk, maupun jaringan networkingnya, rencana pembangunan Bandung dalam versi dekat maupun jauh, dan lain-lain. Ditempat tersebut saya melihat miniatur kota Bandung disertai lampu mendukung yang indah, alat Augment Reality yang super keren dan saya mencobanya, layar pendeteksi pakaian adat, foto bersama yang otomatis akan terunggah di facebook, dan lain-lain.
Suatu hal yang saya kenang adalah ketika hari itu saya berkunjung kesana dan menaikki sky bridge jadi-jadian, malamnya saya bermimpi naik sky bridge yang sesungguhnya, saat itu saya berada diatas kota Bandung dan melihat keindahan kota tersebut. Hehe, sky bridge adalah alat transportasi udara dalam rencana 10 tahun ke depan oleh Bandung yang nantinya akan menjadi solusi dari kemacetan yang terjadi. Semoga mimpi tersebut menandakan nantinya saya akan kembali ke Bandung untuk menikmati indahnya kota tersebut. :v


Kalkulus Menjelang Tahun Baru

29 Desember 2017
Kalkulus Menjelang Tahun Baru
Oleh. Sulistiana

Menjelang tahun baru, organisasi kemahasiswaan di UPI dengan nama Kalkulus mengadakan suatu kajian guna mempersiapkan tahun baru. “Revolusi apa saja untuk tahun 2018?”. Bagi saya adalah suatu hal yang menarik, karna tidak hanya kuliah dan organisasi, tapi perlu kalanya mengikuti kegiatan spiritual yang dapat mengingatkan diri individu, membubuhkan semangat untuk lebih giat juga urusan akhirat. Jum’at, 29 Desember 2017 acara tersebut diadakan di Gedung JICA UPI, yang diikuti oleh mahasiswa lintas jurusan dan fakultas.
Dalam acara tersebut dapat saya ambil kesimpulan bahwa pada hakikatnya untuk melakukan revolusi tidak hanya tahun baru saja, melainkan tiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun. “Lalu motivasi apa untuk dapat melakukan revolusi dan istiqomah setiap saat?” suatu pertanyaan yang saya lontarkan ketika itu. Jawaban dari pembicara adalah ingat Allah, bahwasanya Allah memerintahkan manusia dengan tujuan beribadah, melakukan segala apa saja yang diperintahkan dan menjauhi segala apa saja yang dilarang. Karena dengan hal tersebut, seseorang akan selalu mengingat akan kehidupan yang tidak akan kekal.
Harapannya dengan mengikuti kajian tersebut, saya dapat selalu merevolusi hidup saya tiap saat untuk menjadi lebih baik dari waktu sebelumnya.



Panitia Wisuda UPI Gelombang

14 Desember 2017
Panitia Wisuda UPI Gelombang
Oleh. Sulistiana

Bagiku organisasi adalah bagian dari hidup yang tidak akan pernah terlepas, hingga kapanpun. Dengan berorganisasi seseorang akan mendapatkan kekeluargaan, terlebih ketika saya diutus untuk menjadi peserta PERMATA diUPI seorang. Tidak lain yang saya cari adalah organisasi. Di UPI khususnya di Ilmu Komputer, saya nimbrung dengan BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) ILKOM UPI, atau biasa dikenal dengan KEMAKOM (Keluarga Mahasiswa Ilmu Komputer). Bersama KEMAKOM sulis belajar banyak hal, khususnya perbedaan budaya, aturan, dan hal lain anatara organisasi UPI dan UNNES. Karena tidak muluk-muluk fokus terhadap kuliah saja dan menjadi mahasiswa kupu-kupu, ikut andil dalam organisasi jauh akan melebar luaskan fikiran kita, baik dalam ilmu pengetahuan maupun kesosialan. Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial.
Salah satu kegiatan kepanitiaan yang sulis ikuti di KEMAKOM adalah menjadi panitia acara di Wisuda UPI Gelombang 3. Menjadi suatu kebanggan tersendiri, ketika sulis dipilih menjadi sie.Acara dan berperan aktif dalam acara tersebut. Tentunya menjadi suatu pengalaman luar biasa dimasa muda yang tidak mungkin terlupakan.


Mahir Penulisan Karya Ilmiah

08 Desember 2017
Mahir Penulisan Karya Ilmiah
Oleh. Sulistiana

Ketika menjadi siswa difokuskan pada mengerjakan sesuatu yang dipaparkan oleh guru, lain halnya ketika menjadi mahasiswa, yang harus memfokuskan diri kepada sesuatu yang dapat dipaparkan, dalam arti lain adalah penelitian. Acara “Mahir Penulisan Karya Ilmiah” inilah yang menjadi daya tarik untukku mengikutinya, tidak lain agar saya dapat mahir dalam menulis karya ilmiah. Jum’at, 08 Desember 2017 acara tersebut diadakan di Gedung FPMIPA C (Gedung Ilmu Komputer) UPI. Acara ini dihadiri oleh mahasiswa UPI lintas jurusan dan fakultas, yang diadakan oleh tim Generic (salah satu organisasi kemahasiswaan di Ilmu Komputer FPMIPA UPI).
Dalam acara tersebut dapat saya simpulkan bahwa diantara kiat untuk dapat menulis karya ilmiah adalah buatlah mensed fikiran kita menjadi orang yang bisa bermanfaat untuk orang lain, karena dengan kita menulis dan orang lain nantinya akan membaca tulisan kita, maka secara tidak sadar bahwa kita telah berbagi ilmu pada orang lain. “ketika gajah mati meninggalkan tulang, alangkah baiknya manusia mati meninggalkan karya dan nama yang baik”.


MISKAH (Media Edukasi dan Kreativitas Mahasiswa)

24 November 2017

MISKAH (Media Edukasi dan Kreativitas Mahasiswa)
Oleh. Sulistiana

Salah satu departemen dari Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Komputer ( BEM KEMAKOM) UPI mengadakan acara rutin tiap bulan yang disebut dengan MISKAH (Media Edukasi dan Kreativitas Mahasiswa). Kegiatan MISKAH ini tiap bulannya selalu berganti kegiatan yang mana kegiatan tersebut bertujuan mendidik atau mengembangkan kreativitas mahasiswa. Pada bulan november ini, MISKAH yang sulis ikuti di isi dengan pembahasan  mengenai “ rahasia jadi muslimah jaman now “. Jadi, kegiatan ini diikuti khusus untuk mahasiswi ilmu komputer. Pada pembahasan tersebut diisi oleh pemateri bernama Siti Karlina, dari kuningan. Pelajaran yang saya dapat ketika itu yaitu bagaimana cara menjadi mahasiswi muslimah yang gaul atau bisa disebut jaman now yaitu dengan berwawasan luas, bergerak dengan landasan, mampu mengendalikan diri, serta dapat beradaptasi dengan zaman.


Menjadi seorang mahasiswi, alangkah baiknya dapat bercermin terhadap dirinya, dalam artian selain dia aktif dalam hal akademik, tapi juga dapat bermanfaat untuk orang banyak, terlebih untuk negara tercinta Indonesia, karena pada dasarnya seorang mahasiswa adalah pemuda pembangun negeri.

International Culture Day

17 November 2017

International Culture Day
Oleh. Sulistiana

Internatinal culture day adalah acara rutin setiap tahun di FPMIPA UPI. Tahun 2017 ini dilaksanakan di Gedung Sanusi UPI pada pukul. 14:00 s.d. 22:00 WIB. Acara ini merupakan ajang penampilan budaya untuk setiap negara di dunia. Tercatat ada lebih dari 21 negara pada acara tersebut. Dibuka dengan penampilan angklung oleh SMA UPI sungguh berasa sekali budaya indonesia. Kenapa saya mengikuti ini? Jawabannya karena saya ingin menambah wawasan, karena dengan mengikuti acara ini saya dapat melihat sendiri bagaimana kebudayaan negara dalam negeri maupun manca negara, sangat disayangkan .. bila terlewatkan.  Dahulu ketika masih sekolah baik itu SD, SMP maupun SMA saya masih ingat jelas bahwa ada pelajaran Seni Budhaya, disitu saya mengetahui berbagai macam kebudayaan dari berbagai daerah dan negara yang menjadi ciri khas dari mereka dan wajib dilestarikan, namun bayangan saya ketika itu hanya sebatas apa yang saya lihat pada gambar-gambar dibuku seni budhaya. Nah.. kali ini di FPMIPA UPI, saya benar-benar menyaksikan kebudayaan tersebut dan ditampilkan pula oleh orang asli dari negara tersebut. Saat itu saya menyaksikan penampilan dari negara Thailand, Cina, Malesyia, Filiphina, Korea, Jepang, dan lain-lain (tidak mampu ku sebutkan satu persatu, karena banyaknya hehe).

Tidak hanya menyaksikan saja, saat itu pula saya dapat berinteraksi dengan mereka. Saya fikir juga mereka yang datang ke Indonesia untuk menampilkan kebudayaan bukan orang biasa, melainkan orang hebat. Ternyata memang, mereka adalah orang-orang yang berprestasi. Menjadikan saya kala itu terinspirasi, karena dengan prestasi mereka dapat keliling dunia.


Mengikuti acara international culture day bagaikan keliling dunia dalam sekejab. Bukan hanya menambah wawasan, berinteraksi dengan orang manca negara, tapi juga saya dapat merasakan kuliner manca negara yang disediakan oleh mereka. Hummm...Yummy, enak enak enak. Saya berharap suatu saat nanti bisa keliling dunia dengan nyata dengan prestasi. Karena impian tiada ujungnya, usaha tiada hentinya dan doa tiada lupa, insyaallah jalan menyertainya.

“UNIFEST (Unity Makes Harmony in Diversity)”

11-12 November 2017

“UNIFEST (Unity Makes Harmony in Diversity)”
Oleh. Sulistiana

Menjadi suatu kebahagiaan sendiri bisa gabung bersama mahasiswa UPI khususnya dalam jurusan Ilmu Komputer. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih kepada program PERMATA yang telah membawa saya ke Bandung ini, untuk mengeksplore segala apa saja yang bermanfaat bagi diri saya maupun lingkungan sekitar. UNIFEST adalah acara di Ilmu Komputer yang diadakan oleh mahasiswa baru tahun 2017 sebagai bagian dari kaderisasi. Menurut saya acara ini adalah acara hiburannya Ilmu Komputer, karena dalam acara tersebut setiap angkatan saling berlomba untuk mendapatkan juara umum dalam UNIFEST tersebut. Adapun lomba-lomba nya seperti voly, tarik tambang, playstation, perang uhud, ilkom mencari bakat, tebak kata, desain poster, dan lain-lain. Sangat menghibur sekali..


Saya menjadi perwakilan angkatan 2016 kala itu mengikuti lomba voly dan perang uhud, karena kami satu angkatan saling membagi anggota untuk menjadi perwakilan pada tiap lomba. Dan alhasil kala itu voly dan perang uhud yang saya ikuti sama-sama mendapat juara 1. Alangkah bahagianya kala itu, terlebih teman-teman yang juga mewakili dalam lomba berbeda sam-sama mendapatkan juara. Sampai pada titik puncak yaitu pada hari ahad, tanggal 12 November 2017  kami dari angkatan 2016 berhasil meraih Juara Umum pada acara UNIFEST 2017.

“Aku pengin sekolah”

7 november 2017

“Aku pengin sekolah”
Oleh. Sulistiana

Hari selasa kala itu saya berangkat ke kampus guna berkumpul dengan anggota kelompok untuk membuat video tutorial sebagai tugas mata kuliah sistem basis data. Kami berkumpul tepatnya jam 9:30 WIB di Lab.Praktikum FPMIPA C UPI. Sudah kami rencanakan sebelumnya mengenai struktur video yang akan kami buat nantinya, jadi kala itu kami hanya mengambil rekaman demonstrain. Tidak cukup dengan sekali ambil rekaman, kala itu kami mengulanginya hingga beberapa kali karna selalu adanya masalah. Namun dengan begitu menjadikan saya lebih faham dengan materi tersebut.
Tidak terasa kami mengerjakan tugas kelompok tersebut hingga siang. Saat itu hujan begitu deras dan saya tidak membawa payung. Oleh karena itu setelah selesai berkelompok saya gabung bersama teman-teman di Lab.Multimedia yang kala itu mereka juga sedang menunggu hujan reda. Ngobrol, sharing, tentang berbagai kehidupan menjadikan saya selangkah lebih dekat dengan mereka. Mental adalah modal utamanya kala itu. Selain itu, saya juga dapat mengetahui berbagai informasi seputar UPI dan juga khususnya jurusan Ilmu Komputer. Setidaknya kelak suatu saat, ketika saya ditanya tentang hal tersebut tidak memalukan lah... hehe.

Sekitar pukul 14:00 WIB hujan lumayan reda, lebih tepatnya gerimis. Kala itu saya langsung bergegas untuk pulang kembali ke kost. Rupanya kala itu hujan semakin deras, dan saya langsung mampir ke suatu warung untuk membeli sebuah payung. Ditengah perjalanan, saya menemui seorang anak kecil yang tengah duduk di pinggir jalan dan sibuk dengan buku serta pensilnya. Saat itu saya merasa penasaran, dan mencoba mendekatinya. Rupannya dia berteduh menunggu hujan reda sambil mengerjakan soal matematika. Semakin penasaran lagi, kala saya melihat ada sebuah karung besar disampingnya.

Baju lusuh bau tak sedap tapi berkerudung itulah gambaran darinya. “Santi Santika Yuliati” namanya, kerab dipanggil dengan sebutan “Santi”. Anak usia 12 tahun yang putus sekolah dikarenakan ekonomi keluarga. Ia anak k-3 dari 4 bersaudara. Kakaknya sudah menikah dan pisah dengan orang tuanya, terisisa satu kakak dan adik-adiknya. Ceritanya, dulu ia putus sekolah waktu kelas 2 SD dikarenakan hilangnya pekerjaan orang tua. Dulu ia tinggal bersama orang tuannya di Majalaya. Ayahnya seorang kuli bangunan dan ibu nya bekerja di Pabrik. Kala itu, pabrik tempat ibu nya bekerja mengalami kebakaran, sehingga para pekerjannya kehilangan pekerjaan. Dan Santi bersama keluarganya pindah ke Bandung guna mencari kehidupan baru.

Namun, keputusan itu justru membuatnya tidak mendapatkan pekerjaan ganti seperti sebelumnya, dikarenakan sulitnya mendapatkan pekerjaan di Bandung (cerita dari Santi). Dan terpaksa sang ayah dan ibu sekarang mereka bekerja mencari botol-botol bekas untuk dijual sebagai sumber kehidupan. Sang ibu tidak pernah menyuruh santi untuk ikut bekerja, melainkan ia bekerja atas kemauan sendiri karena merasa kasian terhadap orang tua nya, oleh karena itu ia ingin membantu. Justru orang tuanya hanya menyuruh Santi untuk belajar, meski yang di milikinya hanya sebatas 1 buah buku dan 1 buah pensil.
“Dek.. kamu udah makan?” tanya saya. “Sudah teh.. tadi pagi,” jawab Santi. “Makan apa dek..tadi pagi?” tanya saya karena penasaran. “Makan nasi sama (lupa saya namanya, karena aneh, yang jelas bukan daging atau telur). Deggg... rasanya bersyukur sekali saya diberi nikmat masih bisa makan apa yang saya inginkan, lain hal nya dengan Santi. Kala itu serasa tidak tega melihatnya pasti merasa lapar, ku ajak dia makan diwarung padang dekat dengan ia berteduh.

Yang buat saya kagum yaitu Santi tidak merasa mengeluh atas takdir yang dia terima, justru ia memiliki semangat membara untuk terus belajar agar dapat sekolah kembali. Hal semacam ini benar-benar menyayat-nyayat diriku yang kadang masih malas dalam belajar. Suatu pelajaran yang luar biasa yang saya dapati diluar mata kuliah salah satunya adalah hal semacam ini. “Lihatlah.. ia dengan berbagai kekurangannya masih semangat dalam belajar, kamu dengan berbagai kecukupan, akankah masih malas untuk belajar????” bersyukurlah.


“Pelatihan By Request”

Bandung, 4-5 November 2017

“Pelatihan By Request”
Oleh. Sulistiana

Pelatihan by request adalah pelatihan yang diadakan oleh KEMAKOM (Keluarga Mahasiswa Komputer) UPI. Pelatihan ini bertujuan untuk mengembangkan bakat mahasiswa khususnya dalam bidang komputer seperti multimedia, desain maupun robotik. Tahun ini pelatihan by request mengambil tema sesuai kesepakatan atau request dari para mahasiswa ilmu komputer UPI yaitu desain menggunakan corel draw.
Pelatihan by request dilaksanakan 2 hari tepatnya hari sabtu-minggu tanggal 4-5 November 2017 oleh pemateri yaitu Hisyam H. Fuadi dan Ali Hasan Ash Shidiq, bertempat di Lab. Praktikum FPMIPA C.

Bagi saya selaku peserta dalam pelatihan tersebut mendapatkan tambahan ilmu lebih mendalam dalam bidang desain ini, dari tool-tool yang belum saya ketahui secara detail dipelatihan ini alhamdulillah saya dapat menguasainya. Dan juga kendala-kendala atau permasalahan yang saya hadapi dalam dunia desain selama ini menjadikan saya aktif bertanya dalam pelatihan tersebut, dan alhasil saya dapat meningkatkan skill saya.
Saya mengamati dari pertama mengenal desain khususnya corel hingga sekarang ini ada secuil hikmah yang dapat saya ambil yaitu “teruslah mencoba.. mencoba.. dan mencoba.. karna skill memang harus digali untuk mengkualitaskan diri”. Terbayangkan .. jika kita hanya kuliah pulang ke kost, sabtu minggu tidur, yah.. hanya mata kuliah yang kita dapat. Namun, dengan meluangkan waktu mengikuti kegiatan ini saya merasa lebih bermanfaat jika menggunakan waktu libur untuk menggali skill/kemampuan. Toh, manfaatnya diri sendiri yang merasakan.

Salam berkarya !!  

Peresmian PERMATA UNNES di UPI

Jum’at, 27 Oktober 2017

Peresmian PERMATA UNNES di UPI
Oleh. Sulistiana

Pagi sekitar pukul 09:00 WIB didampingi Bapak Dekan FMIPA UNNES, Bapak Zaenuri... dan Ibu Jurusan Ilmu Komputer, Ibu Endang Sugiharti,...mengunjungi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Bandung,dengan tujuan untuk peresmian atau tanda serah terima mahasiswa ilmu komputer dalam program PERMATA (Pertukaran Mahasiswa Tanah Air Nusantara) yang diwakili oleh mahasiswa dengan NIM. 4611416008, Sulistiana angkatan 2016.


Kami dari UNNES disambut baik oleh UPI, khususnya Bapak Wakil Dekan FPMIPA UPI dan Bapak Ketua Jurusa Ilmu Komputer UPI. Menjadi suatu kebanggaan tersendiri dapat menjalin kerja sama dengan baik. Khususnya bagi saya selaku perwakilan, menjadi tambahan pengalaman, ilmu serta kenalan. Saya berharap dengan mengikuti program PERMATA ini, saya dapat menjadi lebih baik dalam prospek keilmuan, pengetahuan, serta menambah jejaring sosial. Khususnya ikut berkontribusi dalam bidang pendidikan untuk memajukan negara indonesia.

“The First Story When I Came to The Campus”

Senin, 30 Oktober 2017

“The First Story When I Came to The Campus”
Oleh. Sulistiana


Hari pertama kuliah di UPI rasanya seperti dihadapi selembaran kertas dan disediakan sebuah pena. Ya.. itu yang saya rasakan. Mau diisi apa kertas kosong tersebut adalah hak milik saya. Sudah terbayang gambaran seperti apa yang akan mengisi kekosongan itu, tapi mungkin itu masih sebatas khayal yang menjadi suatu harapan.
“Teng tung teng.. Teng tung teng” bunyi alarm HP. Lekas mandi, nyuci pakaian dan bergegas masuk kuliah. Mungkin bisa dibayangkan saat itu seperti halnya mahasiswa baru yang memiliki semangat seperti api yang membara.
Panas terik matahari tidak menjadi keluhan, justru syukur nikmat yang tak disangka. Maklum, karena Bandung tempat saya tinggal, sejak hari pertama menatap langit selalu mendung an udara dingin. Ku pijakkan kaki di Gedung JICA (Japan International Cooperation Agency)yang menawan, konon gedung ini dibangun oleh orang jepang sebagai hadiah kepada UPI yang telah mememnangkan perlombaan karya tulis ilmiah (terang mahasiswa S2 UPI yang dapat cerita dari dosen UPI). Tepat jam 09:00 WIB ku temui Bapak Kaprodi ILKOM NonDik (Ketua Prodi Ilmu Komputer Non Pendidikan/murni) diruangan beliau. Namun sayang, ternyata hari itu Bapak Kaprodi, beliau Bapak Eddy.... tidak dapat masuk kuliah dikarenakan sakit, dan saya diperintahkan untuk menemui Pak Jajang, selaku Kaprodi Pendidikan ILKOM untuk mengurus tentang pengambilan mata kuliah selama setengah semester ke depan.
Tanpa mengetahui kontak person Pak Jajang, akhirnya saya bertanya kepada salah seorang mahasiswa ILKOM untuk meminta nomor beliau. Nah .. mulai dari sini suatu kejadian terjadi. Saya katakan bagaikan ayunan.
Nomor Pak Jajang yang saya hubungi lewat whattshap ternyata tidak online, dan saya mencoba bertanya kepada Pak Andri (selaku administrasi prodi ILKOM), karena selain diperintah oleh Pak Eddy untuk menemui pak Jajang, saya juga di suruh menemui Pak Andri untuk melihat jadwal perkuliahan. “Pak Jajang teh .. di Gedung FPMIPA C” jawab Pak Andri. “Baik pak.. saya akan mencoba kesana menemui Pak Jajang, dan sebelumnya saya juga disuruh Pak Eddy menemui Bapak untuk meminta jadwal kuliah pak” terang saya kepada Pak Andri ketika itu. Dan saat itu pula Pak Andri memberi saya jadwal perkuliahan yang masih kompleks secara keseluruhan di jurusan Ilmu Komputer, oleh karenanya saya harus memilah satu persatu tentang mata kuliah apa saja yang saya butuhkan.
Selesai menulis jadwal tersebut, saya segera pergi ke FPMIPA C. Jarak antara gedung JICA dan FPMIPA C sangatlah jauh. Tidak hanya jauh, tapi jalannya juga menanjak. Kalau dibayangkan ibarat di UNNES berjalan dari gerbang utama UNNES sampai dekanat FMIPA. Pokoknya super deh.. pengalaman yang menguras tenaga dengan jalan kaki.
Sesampainya di Gedung FPMIPA C sempat saya kebingungan, karena belum mengetahui ruangan mana tempat Pak Jajang berada. Dan akhirnya saya bertanya kepada salah seorang mahasiswa. “Biasanya dosen sebelum masuk itu absen dulu teh.. di Gedung JICA, dan saya sehabis dari JICA tadi melihat daftar hadir dosen, Pak Jajang belum absen”. Jawab mahasiswa tersebut. “Trus kiranya saya menunggu dimana atuh kang..?” tanya saya seketika. “Tunggu saja di Gedung JICA teh..” dan saat itupun saya kembali ke Gedung JICA. Ufftt...(lemfoh).
Sesampai di Gedung JICA, saya bertemu lagi dengan Pak Andri, dan saya katakan sama persis apa yang dikatakan mahasiswa tersebut. Dan apa jawaban Pak Andri? Beliau memperlihatkan absen dosen, dan Pak Jajang memang sudah absen. “Lantas dimanakah Pak Jajang??” -_-
Beberapa saat kemudian, datanglah seorang dosen menemui saya dan Pak Andri ketika itu, “Mau cari siapa neng..?”, tanya dosen tersebut. “Mau cari Pak Jajang atuh..” Jawab saya. “Oh.. Pak Jajang sedang mengikuti pelatihan dan pulangnya sampai nanti malam, memangnya ada perlu apa?” dan seketika itu saya menjelaskan keperluan saya.
Gedubrakk..##
Jawaban dari Pak dosen tersebut bukan menjadi solusi.. tapi malah berkebalikan dengan fakta. Menjadikan saya bingung saat itu, untuk percaya kepada siapa? Pak Andri? Mahasiswa? Atau Pak dosen? Kata Pak Andri, Pak Jajang ada di FPMIPA C (iya sih.. saya belum ngecek sendiri diruangan dosen). Kata mahasiswa, Pak Jajang belum berangkat dan saya disuruh menunggu di Gedung JICA (sudah jelas salah kan..karena diabsen Pak Jajang sudah hadir). Dan kata Pak dosen, Pak Jajang sudah berangkat tetapi beliau mengikuti pelatihan, dan saya disuruh menemuinya besok lagi. Jadi ada dua kemungkinan, antara Pak Andri dan Pak dosen.
Sesaat stelah itu, yang menjadi solusi adalah Pak Jajang sendiri. Tiba-tiba beliau membalas chatt whatshap saya bahwasanya beliau adadi Gedung FPMIPA C dan saya diperintah  untuk kesana. Waaah..posisi saya di Gedung JICA harus kembali lagi ke FPMIPA C yang subhanallah jaraknya.. sungguh pperjuangan..
##
Saat itu saya kembali ke FPMIPA C untuk menemui beliau dan mengurus tentang mata kuliah apa saja  yang fix saya ambil di UPI selama setengah semester ini. Dan alhasil 12 SKS dari 4 mata kuliah yang dapat saya ambil, dimulai kuliah juga hari itu.
So, ada sepetik pelajaran yang saya dapat ambil dari kisah hari pertama masuk kuliah, yaitu “Jangan gegabah dalam mengambil keputusan, telusuri kebenarannya. Jangan pula menyepelekan omongan orang yang memberikan petunjuk, karena belum tentu salah”. Semacam Pak Andri, beliau memberi saran pertama kepada saya, tetapi bodohnya saya saat itu seperti tidak percaya akan sarannya, justru saya condong kepada mahasiswa yang memberi saran kedua tetapi malah menyesatkan.



“Ilmu atau Materi ?”

Rabu, 25 Oktober 2017

“Ilmu atau Materi ?”
Oleh: Sulistiana


Satu kisah berharga yang saya dapat di Stasiun Besar Semarang Tawang. Saat itu saya mau berangkat ke Bandung untuk mengikuti program PERMATA (Pertukaran Mahasiswa Tanah Air Nusantara), saya bertemu dengan seorang wanita tua ketika hendak ke toilet “Permisi ibu... Mohon maaf saya mau bertanya,  letak toilet wanita disebelah mana ya bu.. ?” maklum, karna saat itu saya pertama kalinya menginjakkan kaki distasiun tersebut.

Yang saya dapati bukan jawaban dari pertanyaan saya, melainkan keluh kesah dia terhadap toilet mushola yang ada di stasiun. Ceritanya dia ingin menunaikan sholat ashar, tetapi terkendala dengan air di toilet mushola habis dan sedangkan pakaian yang dia kenakan terkena najis, oleh karena itu harus diganti. “Masak buat sembahyang (sholat) saja fasilitasnya tidak memadai, sungguh ironis tempat ini” terang wanita tua tersebut.

Saat itu pula saya mencoba mencarikan toilet alternatif, karena kebetulan saat itu pula saya ngempet buang air kecil. Sehabis tanya-tanya petugas dan pedagang yang ada di Stasiun, akhirnya saya mendapati informasi bahwasanya ada toilet di ujung Stasiun, agak jauh dari tempat mushola wanita tua berada, yaitu jaraknya dari ujung ke ujung Stasiun. Dia tidak kuat berjalan jauh dan akhirnya memilih untuk mengqodho (membayar hutang sholat dilain waktu) dari pada berjalan jauh ke toilet untuk berwudhu. Maklum, kondisi wanita tua tersebut kurang baik dikarenakan habis operasi beberapa bulan yang lalu.

Membawa koper dan tas ransel saya berjalan ke ujung Stasiun sendiri. Alhamdulillah ... akhirnya lega, dan saya sembari menunggu jam 09:00 malam mencari tempat duduk yang kosong. Saya duduk dan membuka ponsel untuk membalas chatt dari teman-teman, hehe .. Maklum, efek jadi orang sibuk, mau berangkat saja urusannya banyak, dari mulai ngurus izin les privat anak SD, TPQ, kepanitiaan organisasi, tugas di pondok, belum juga urusan di SD tempat saya mengabdikan diri. Ufft... nikmati saja. 😊

Tengok kanan kiri rasanya sepi karena sendirian, dan akhirnya tidak sengaja dideretan sebelah kursi yang saya duduki ada wanita tua yang saya ditemui dimushola tadi. Lah disinilah... pelajaran berharga yang saya dapatkan diawal perantauan menuju bandung. Saya fikir hal semacam ini tidak akan pernah saya temukan jika saya tidak berangkat mengikuti program PERMATA ini.

Karena saling banyaknya pelajaran berharga dari berbagai topik dan tema yang saya dapati dari wanita tua tersebut, untuk tulisan awal ini saya akan fokus kepada pembahasan seperti pada judul. Jadi, kembali ke laptop. Hehe.. Ilmu atau Material ?

Dari pengalaman dia, dia mempunyai 3 orang anak. Ketiga anaknya sudah kuliah dan 2 anak pertama sudah sukses dibidangnya masing-masing. Dia bekerja keras sebagai single parent mencari kebutuhan khususnya untuk kuliah anak-anaknya, karena suami dia telah meninggal kala anak kedua dijenjang pendidikan SMA.

Prinsip dari dia yaitu “Untuk pendidikan anak-anak saya adalah nomor satu, jadi bagaimanapun caranya saya akan terus mengusahakan, mencari uang kesana kemari untuk kuliah anak-anak saya”. Meski kedua anaknya telah sukses dan beruang banyak, namun penampilan wanita tua tersebut terlihat biasa saja, karena dahulu pada dasarnya adalah orang miskin. Dan tidak hanya dalam segi pakaian saja, dari barang-barang bawaanya pun biasa juga (semacam tas kain seperti tas yang didapat ketika beli hp baru, Cuma ukurannya besar) tidak memakai koper. “Sulis saja yang bawa banyak barang gini makai koper udah kualahen, apalagi ibu itu ya.. bawaanya lebih banyak dari sulis dan tidak makai koper lagi.. pasti repot banget..” fikir sulis. Bersyukurlah saya saat itu.

Ini nih pelajaran yang dimaksud mb Ari (salah satu pegawai diruang bag kerjasama dalam negeri UNNES gd. H Lt. 1) “Kalau kamu berangkat ke Bandung sendiri, kamu akan mandiri, dan pasti akan dapat pelajaran berharga disitu” Hum... terima kasih buu. 😊

Dari cerita wanita tua tersebut, kira-kira apa yang membuat anak-anak dia sukses ?? sampai-sampai banyak perusahaan mengincarnya, bahkan tidak sedikit yang mau menerornya. Jawabannya yaitu karena kualitas kinerja dari mereka. Anak pertama sukses menjadi seorang designer dan anak kedua sukses menjadi seorang dokter hewan.

Belajar dari kedua orang sukses tersebut,  mereka selalu memegang nasihat dari ibu nya. Jadi ceritanya mereka dapat nasihat bahwa “Carilah pengalaman dimanapun berada, sampai kamu itu benar-benar faham pada bidang tersebut”. Seperti contoh mb Dinda, seorang dokter hewan tersebut. Dia sering mengikuti praktik operasi hewan bersama dengan dokter-dokter lain. Pernah seketika dia diajak praktik operasi oleh temannya dan diberi gaji yang tidak setara dengan kerjanya, namun sang ibu menenangkannya “Gapapa.. anggap saja membantu orang, dari kamu terus melakukan praktik operasi, maka kamu akan semakin mahir”.

Dari cerita tersebut wanita tua menjelaskan padaku, bahwasanya “Yang namanya materi (uang) tidaklah seberapa, baik itu sedikit maupun banyak pasti ujung-ujungnya habis. Lain halnya dengan ‘ilmu’, selama kamu punya dasar dan terus kamu asah, maka ilmu tersebut akan semakin melekat dan akan berbuah serta berharga seiring dengan semakin banyak dan melekatnya ilmumu”.


Seperti mb Dinda, awalnya dia sering mengikuti praktik operasi bersama dengan temannya dan akhirnya setelah dia nabung, dia bisa mendirikan klinik sendiri. Semuanya berkat kualitas kinerja atau keahlian dia, yang tidak lain dinamakan dengan ‘ilmu’. Oleh karena itu, wanita tua memberi saran padaku bahwasanya “Dimanapun nantinya kamu berada, yang utama dan nomor satu yaitu raihlah ilmunya, sehingga kamu bener-bener bisa, bukan dari materinya. Karena dengan ilmu kamu bisa hidup tanpa batas, beda dengan materi yang berbatas, dapat habis dalam sekejap”.