Kamis, 29 Maret 2018

"Ukiran Jejak Indah PERMATA Di UPI Bandung"


"Ukiran Jejak Indah PERMATA Di UPI Bandung"
Oleh. Sulistiana

Suatu hal terbaru adalah tantangan menarik yang menjadi solving dari rasa bosan dalam diri saya. Nama saya Sulistiana. Saya berasal dari Desa Proto Barat, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan. Saya kuliah di Universitas Negeri Semarang, Jurusan Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Disini saya akan menorehkan kisah perjalanan saya selama mengikuti program PERMATA (Pertukaran Mahasiswa Tanah Air Nusantara) Tahun 2017.
Berangkat dari melihat informasi di groub rombel tentang “Kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung”, muncul rasa greget keinginan untuk mencoba hal baru, suatu hal yang mungkin tidak akan saya dapatkan jika saya berdiam diri. Seketika saya langsung menghubungi pihak terkait pendaftaran program tersebut dan alhasil saya langsung dipanggil Ibu Ketua Jurusan Ilmu Komputer FMIPA UNNES yaitu Ibu Endang Sugiharti, S.Kom,. M,Kom. untuk melengkapi berkas persyaratan selama sehari dan lusa harus siap berangkat. Bergegas dengan sigap ke rumah sakit untuk cek kesehatan, mengurus surat-surat terkait ke dekanat dan rektorat, dan pamitan pada abah ibu di pondok, SD tempat saya mengabdi, anak didik les privat, TPQ tempat saya mengajar, alhamdulillah selesai sudah tepat waktu.
Rabu, 25 Oktober 2017 saya berangkat dari Stasiun Besar Tawang Semarang menuju Stasiun Bandung. Sesampai di Bandung, saya di sambut oleh mahasiswi UPI yang ramah dan menawarkan tempat tinggal untuk saya selama di Bandung. Bergaya bahasa sunda halus adalah ciri khas masyarakat di sekitar UPI, dan saya belum bisa memahami sepenuhnya kala itu. Waktu yang tidak sabar saya tunggu-tunggu adalah melihat kampus UPI dan bertemu dengan mahasiswa juga dosen UPI. Menjadi bayang penghantar tidur di malam itu.
UPI adalah sebutan perguruan tinggi negeri yang memiliki sistem multikampus, yaitu dengan 6 (enam) kampus yang tersebar di Jawa Barat dan Banten. Kampus yang saya tempati selama program PERMATA adalah kampus utama yang berkedudukan di Kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Jum’at, 27 Oktober 2017 tepat saya menginjakan kaki di Kampus yang saya bayang-bayangkan tersebut. Gedung yang mewah dan menawan menyambut saya ketika itu, JICA (Japan International Cooperation Agency). Di gedung tersebut saya di sambut ramah oleh Ibu Dekan FPMIPA UPI yaitu Ibu Dr. Siti Fatimah,M.Si. dan Bapak Ketua Prodi Ilmu Komputer (Kaprodi Ilkom). Kemudian bersama Bapak Kaprodi Ilkom, beliau Bapak Eddy Prasetyo Nugroho, M.T. saya diajak keliling gedung yang nantinya akan saya tempati untuk kuliah. Gedung FPMIPA C adalah gedung Ilmu Komputer, salah satu gedung kuliah saya selama di UPI.
Bagi saya yang menjadi daya tarik ILKOM UPI adalah 2 (dua) kelas yang berkualitas berfokus pada prodi masing-masing, yaitu Ilmu Komputer Murni dan Pendidikan Ilmu Komputer. Meskipun berbeda prodi, namun kedua prodi tersebut tetap terlihat keakraban dalam kekeluargaan Ilmu Komputer. Kualitas dari penilaian saya adalah ketika satu prodi menampung satu kelas, dan kelas tersebut berisikan orang-orang hebat, saya berfikir bahwa orang yang dengan kesungguhanlah yang dapat memasuki kelas tersebut. Kemudian, dari cara dosen menyampaikan materi juga memberikan tugas, antusias mahasiswa/i sangat tinggi untuk belajar. Terlebih yang sangat saya kagumi adalah antusias mahasiswa/i untuk mengikuti perlombaan-perlombaan IT diluar Universitas, baik tingkat daerah, wilayah, nasional, maupun internasional.



Selama saya di ILKOM UPI, semangat membara selalu muncul, terlebih ketika saya melihat mahasiswa/i yang tengah sibuk berinovatif, berkreasi untuk mempersiapkan lomba. Sebagai contoh saya mengenal salah satu mahasiswa, dia adalah seorang aktivis di BEM ILKOM, dia pernah bercerita dan berkata kepada saya “wakil saya sudah memenangkan juara 1 di Gemastik 2017, masak saya kalah?” dan akhirnya dia berjuang keras dan berhasil menyusul wakilnya tersebut untuk menjuarai suatu perlombaan yang berbeda. Suatu greget tersendiri bagi saya yang mendengar cerita tersebut dan terngiang hingga sekarang.
UPI sebagai perguruan tinggi negeri juga tidak jauh dari budaya orang islam, khususnya di ILKOM FPMIPA. Bahkan saya hampir tidak melihat orang non muslim di jurusan tersebut. Suatu keunikan sendiri ketika saya melihat dosen memakai pecis saat mengajar dan saya melihat aktifitas terhenti ketika waktu siang hari jum’at karena mereka berbondong-bondong untuk menunaikan sholat jum’at, bahkan membawa sarung yang disampirkan dipundaknya. Subhanallah.. kampus negeri tapi kental dengan budaya islami.
Saya juga merasakan kekeluargaan lebih di dalam organisasi KEMAKOM (Keluarga Mahasiswa Ilmu Komputer). Teman-teman yang asik, ramah, dan baik hati dalam berbagi ilmu juga saling menolong dalam keseharian membuat saya seakan-akan ingin tetap berada di sana. Kedekatan di dalam kampus maupun di luar kampus sungguh mewarnai hari-hari saya, meskipun dari program PERMATA saya seorang diri yang berada di UPI, tapi saya tidak merasa kesepian. Bersama mereka pun saya belajar banyak hal, dari budaya atau tradhisi khas, sosial maupun pendidikan.


Tidak terasa 3 (tiga) bulan berjalan begitu cepat ketika saya harus kembali ke Semarang. Sebelum pulang, dengan baik hati teman-teman mengajak saya keliling Bandung. Saya berkunjung ke Bandung Planning Gallery yang berisikan tentang gambaran kota Bandung yang sekarang ini maupun rencana di masa depan, ke Octagon Studio suatu perusahaan Augment Reality, ke China Town salah satu wisata yang berisikan orang cina, ke Lembang yaitu tempat wisata terkenal di Bandung seperti: Rainbow Garden Floating Market, Dusun bambu, Curug Layung, dan Curug Cimahi, dan tidak lupa saya juga di ajak keliling daerah yang menjadi ikon bandung seperti Bandung Lautan Api, Gedung Sate, Jalan Braga, Institut Teknologi bandung, Jalan Dago, dan Gedung Merdeka sebagai tempat Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika Tahun 1955. Sungguh pengalaman luar biasa bukan, tidak akan saya dapatkan jika saya tetap berada di Semarang.
Selasa, 9 Januari 2018 saya diantar Bapak Kaprodi Ilkom dan 2 (dua) mahasiswa menuju ke Bandara. Suatu pengalaman yang tidak akan terlupakan saat itu adalah pertama kalinya saya naik pesawat. Naik pesawat berbeda dengan naik kereta yang hanya sekali cek tiket, namun ketika akan naik pesawat penumpang tidak hanya cek tiket tetapi juga cek barang bawaan atau kerap disebut dengan istilah “scan” dan hal tersebut tidak dilakukan sekali melainkan 2 (dua) kali pengecekan. Seperti orang hilang yang tidak tahu arah, saat itu saya di bantu oleh mereka. Kejadian tidak terlupakan juga ketika saya sudah cek dibagian pertama, dan akan verifikasi untuk naik, saya ketinggalan pesawat dikarenakan jam keberangkatan pesawat yang saya pesan maju 1 (satu) jam. Mengenai hal tersebut karena saya di pesankan pihak Universitas, dan saya tidak mendapat kabar atas kemajuan pemberangkatan, akhirnya saya di bantu oleh Pak Eddy untuk mengurus perpindahan pesawat. Tidak terbayang jika saat itu saya sendirian tanpa mereka yang sangat berjasa bagi saya. Kebaikan orang-orang UPI lah yang membuat saya terus teringat akan indahnya jejak yang terukir bersama mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar