Kamis, 25 Januari 2018

“Ilmu atau Materi ?”

Rabu, 25 Oktober 2017

“Ilmu atau Materi ?”
Oleh: Sulistiana


Satu kisah berharga yang saya dapat di Stasiun Besar Semarang Tawang. Saat itu saya mau berangkat ke Bandung untuk mengikuti program PERMATA (Pertukaran Mahasiswa Tanah Air Nusantara), saya bertemu dengan seorang wanita tua ketika hendak ke toilet “Permisi ibu... Mohon maaf saya mau bertanya,  letak toilet wanita disebelah mana ya bu.. ?” maklum, karna saat itu saya pertama kalinya menginjakkan kaki distasiun tersebut.

Yang saya dapati bukan jawaban dari pertanyaan saya, melainkan keluh kesah dia terhadap toilet mushola yang ada di stasiun. Ceritanya dia ingin menunaikan sholat ashar, tetapi terkendala dengan air di toilet mushola habis dan sedangkan pakaian yang dia kenakan terkena najis, oleh karena itu harus diganti. “Masak buat sembahyang (sholat) saja fasilitasnya tidak memadai, sungguh ironis tempat ini” terang wanita tua tersebut.

Saat itu pula saya mencoba mencarikan toilet alternatif, karena kebetulan saat itu pula saya ngempet buang air kecil. Sehabis tanya-tanya petugas dan pedagang yang ada di Stasiun, akhirnya saya mendapati informasi bahwasanya ada toilet di ujung Stasiun, agak jauh dari tempat mushola wanita tua berada, yaitu jaraknya dari ujung ke ujung Stasiun. Dia tidak kuat berjalan jauh dan akhirnya memilih untuk mengqodho (membayar hutang sholat dilain waktu) dari pada berjalan jauh ke toilet untuk berwudhu. Maklum, kondisi wanita tua tersebut kurang baik dikarenakan habis operasi beberapa bulan yang lalu.

Membawa koper dan tas ransel saya berjalan ke ujung Stasiun sendiri. Alhamdulillah ... akhirnya lega, dan saya sembari menunggu jam 09:00 malam mencari tempat duduk yang kosong. Saya duduk dan membuka ponsel untuk membalas chatt dari teman-teman, hehe .. Maklum, efek jadi orang sibuk, mau berangkat saja urusannya banyak, dari mulai ngurus izin les privat anak SD, TPQ, kepanitiaan organisasi, tugas di pondok, belum juga urusan di SD tempat saya mengabdikan diri. Ufft... nikmati saja. 😊

Tengok kanan kiri rasanya sepi karena sendirian, dan akhirnya tidak sengaja dideretan sebelah kursi yang saya duduki ada wanita tua yang saya ditemui dimushola tadi. Lah disinilah... pelajaran berharga yang saya dapatkan diawal perantauan menuju bandung. Saya fikir hal semacam ini tidak akan pernah saya temukan jika saya tidak berangkat mengikuti program PERMATA ini.

Karena saling banyaknya pelajaran berharga dari berbagai topik dan tema yang saya dapati dari wanita tua tersebut, untuk tulisan awal ini saya akan fokus kepada pembahasan seperti pada judul. Jadi, kembali ke laptop. Hehe.. Ilmu atau Material ?

Dari pengalaman dia, dia mempunyai 3 orang anak. Ketiga anaknya sudah kuliah dan 2 anak pertama sudah sukses dibidangnya masing-masing. Dia bekerja keras sebagai single parent mencari kebutuhan khususnya untuk kuliah anak-anaknya, karena suami dia telah meninggal kala anak kedua dijenjang pendidikan SMA.

Prinsip dari dia yaitu “Untuk pendidikan anak-anak saya adalah nomor satu, jadi bagaimanapun caranya saya akan terus mengusahakan, mencari uang kesana kemari untuk kuliah anak-anak saya”. Meski kedua anaknya telah sukses dan beruang banyak, namun penampilan wanita tua tersebut terlihat biasa saja, karena dahulu pada dasarnya adalah orang miskin. Dan tidak hanya dalam segi pakaian saja, dari barang-barang bawaanya pun biasa juga (semacam tas kain seperti tas yang didapat ketika beli hp baru, Cuma ukurannya besar) tidak memakai koper. “Sulis saja yang bawa banyak barang gini makai koper udah kualahen, apalagi ibu itu ya.. bawaanya lebih banyak dari sulis dan tidak makai koper lagi.. pasti repot banget..” fikir sulis. Bersyukurlah saya saat itu.

Ini nih pelajaran yang dimaksud mb Ari (salah satu pegawai diruang bag kerjasama dalam negeri UNNES gd. H Lt. 1) “Kalau kamu berangkat ke Bandung sendiri, kamu akan mandiri, dan pasti akan dapat pelajaran berharga disitu” Hum... terima kasih buu. 😊

Dari cerita wanita tua tersebut, kira-kira apa yang membuat anak-anak dia sukses ?? sampai-sampai banyak perusahaan mengincarnya, bahkan tidak sedikit yang mau menerornya. Jawabannya yaitu karena kualitas kinerja dari mereka. Anak pertama sukses menjadi seorang designer dan anak kedua sukses menjadi seorang dokter hewan.

Belajar dari kedua orang sukses tersebut,  mereka selalu memegang nasihat dari ibu nya. Jadi ceritanya mereka dapat nasihat bahwa “Carilah pengalaman dimanapun berada, sampai kamu itu benar-benar faham pada bidang tersebut”. Seperti contoh mb Dinda, seorang dokter hewan tersebut. Dia sering mengikuti praktik operasi hewan bersama dengan dokter-dokter lain. Pernah seketika dia diajak praktik operasi oleh temannya dan diberi gaji yang tidak setara dengan kerjanya, namun sang ibu menenangkannya “Gapapa.. anggap saja membantu orang, dari kamu terus melakukan praktik operasi, maka kamu akan semakin mahir”.

Dari cerita tersebut wanita tua menjelaskan padaku, bahwasanya “Yang namanya materi (uang) tidaklah seberapa, baik itu sedikit maupun banyak pasti ujung-ujungnya habis. Lain halnya dengan ‘ilmu’, selama kamu punya dasar dan terus kamu asah, maka ilmu tersebut akan semakin melekat dan akan berbuah serta berharga seiring dengan semakin banyak dan melekatnya ilmumu”.


Seperti mb Dinda, awalnya dia sering mengikuti praktik operasi bersama dengan temannya dan akhirnya setelah dia nabung, dia bisa mendirikan klinik sendiri. Semuanya berkat kualitas kinerja atau keahlian dia, yang tidak lain dinamakan dengan ‘ilmu’. Oleh karena itu, wanita tua memberi saran padaku bahwasanya “Dimanapun nantinya kamu berada, yang utama dan nomor satu yaitu raihlah ilmunya, sehingga kamu bener-bener bisa, bukan dari materinya. Karena dengan ilmu kamu bisa hidup tanpa batas, beda dengan materi yang berbatas, dapat habis dalam sekejap”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar