Kamis, 25 Januari 2018

“Aku pengin sekolah”

7 november 2017

“Aku pengin sekolah”
Oleh. Sulistiana

Hari selasa kala itu saya berangkat ke kampus guna berkumpul dengan anggota kelompok untuk membuat video tutorial sebagai tugas mata kuliah sistem basis data. Kami berkumpul tepatnya jam 9:30 WIB di Lab.Praktikum FPMIPA C UPI. Sudah kami rencanakan sebelumnya mengenai struktur video yang akan kami buat nantinya, jadi kala itu kami hanya mengambil rekaman demonstrain. Tidak cukup dengan sekali ambil rekaman, kala itu kami mengulanginya hingga beberapa kali karna selalu adanya masalah. Namun dengan begitu menjadikan saya lebih faham dengan materi tersebut.
Tidak terasa kami mengerjakan tugas kelompok tersebut hingga siang. Saat itu hujan begitu deras dan saya tidak membawa payung. Oleh karena itu setelah selesai berkelompok saya gabung bersama teman-teman di Lab.Multimedia yang kala itu mereka juga sedang menunggu hujan reda. Ngobrol, sharing, tentang berbagai kehidupan menjadikan saya selangkah lebih dekat dengan mereka. Mental adalah modal utamanya kala itu. Selain itu, saya juga dapat mengetahui berbagai informasi seputar UPI dan juga khususnya jurusan Ilmu Komputer. Setidaknya kelak suatu saat, ketika saya ditanya tentang hal tersebut tidak memalukan lah... hehe.

Sekitar pukul 14:00 WIB hujan lumayan reda, lebih tepatnya gerimis. Kala itu saya langsung bergegas untuk pulang kembali ke kost. Rupanya kala itu hujan semakin deras, dan saya langsung mampir ke suatu warung untuk membeli sebuah payung. Ditengah perjalanan, saya menemui seorang anak kecil yang tengah duduk di pinggir jalan dan sibuk dengan buku serta pensilnya. Saat itu saya merasa penasaran, dan mencoba mendekatinya. Rupannya dia berteduh menunggu hujan reda sambil mengerjakan soal matematika. Semakin penasaran lagi, kala saya melihat ada sebuah karung besar disampingnya.

Baju lusuh bau tak sedap tapi berkerudung itulah gambaran darinya. “Santi Santika Yuliati” namanya, kerab dipanggil dengan sebutan “Santi”. Anak usia 12 tahun yang putus sekolah dikarenakan ekonomi keluarga. Ia anak k-3 dari 4 bersaudara. Kakaknya sudah menikah dan pisah dengan orang tuanya, terisisa satu kakak dan adik-adiknya. Ceritanya, dulu ia putus sekolah waktu kelas 2 SD dikarenakan hilangnya pekerjaan orang tua. Dulu ia tinggal bersama orang tuannya di Majalaya. Ayahnya seorang kuli bangunan dan ibu nya bekerja di Pabrik. Kala itu, pabrik tempat ibu nya bekerja mengalami kebakaran, sehingga para pekerjannya kehilangan pekerjaan. Dan Santi bersama keluarganya pindah ke Bandung guna mencari kehidupan baru.

Namun, keputusan itu justru membuatnya tidak mendapatkan pekerjaan ganti seperti sebelumnya, dikarenakan sulitnya mendapatkan pekerjaan di Bandung (cerita dari Santi). Dan terpaksa sang ayah dan ibu sekarang mereka bekerja mencari botol-botol bekas untuk dijual sebagai sumber kehidupan. Sang ibu tidak pernah menyuruh santi untuk ikut bekerja, melainkan ia bekerja atas kemauan sendiri karena merasa kasian terhadap orang tua nya, oleh karena itu ia ingin membantu. Justru orang tuanya hanya menyuruh Santi untuk belajar, meski yang di milikinya hanya sebatas 1 buah buku dan 1 buah pensil.
“Dek.. kamu udah makan?” tanya saya. “Sudah teh.. tadi pagi,” jawab Santi. “Makan apa dek..tadi pagi?” tanya saya karena penasaran. “Makan nasi sama (lupa saya namanya, karena aneh, yang jelas bukan daging atau telur). Deggg... rasanya bersyukur sekali saya diberi nikmat masih bisa makan apa yang saya inginkan, lain hal nya dengan Santi. Kala itu serasa tidak tega melihatnya pasti merasa lapar, ku ajak dia makan diwarung padang dekat dengan ia berteduh.

Yang buat saya kagum yaitu Santi tidak merasa mengeluh atas takdir yang dia terima, justru ia memiliki semangat membara untuk terus belajar agar dapat sekolah kembali. Hal semacam ini benar-benar menyayat-nyayat diriku yang kadang masih malas dalam belajar. Suatu pelajaran yang luar biasa yang saya dapati diluar mata kuliah salah satunya adalah hal semacam ini. “Lihatlah.. ia dengan berbagai kekurangannya masih semangat dalam belajar, kamu dengan berbagai kecukupan, akankah masih malas untuk belajar????” bersyukurlah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar